Pendidikan sudah menjadi kebutuhan masyarakat terutama semakin berkembangnya teknologi dan informasi seperti sekarang ini. Semua bisa memperoleh pendidikan maupun ilmu darimana saja. Namun, tentu ini belum berlaku untuk masyarakat yang masih kesulitan dalam mengakses internet.
Sepertinya ilmu pengetahuan memang sangat mudah didapatkan sekarang karena begitu banjir informasi yang mendekat bahkan tanpa dicari. Anak kecil, remaja bahkan orang tua pun bisa menggunakan gadget untuk menemukan informasi maupun pembelajaran baru.
Hal yang tentunya tidak begitu mudah bisa diraih oleh anak-anak di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) ketika informasi belum begitu cepat sampai disana. Selain itu, akses lokasi yang belum sebagus di kota. Tetapi itu bukan menjadi penghalang untuk anak-anak di daerah menjadi sosok hebat dan menginspirasi.
Memajukan Pendidikan Dari Daerah
Jika selama ini sering mendengar sosok-sosok hebat dalam dunia pendidikan kebanyakan dari kota. Kali ini, Saya pun ingin membagikan cerita dari sosok inspiratif yang berasal dari daerah di kawasan Timur Indonesia.
Beliau adalah sosok ustadz yang sering dianggap sebagai tukang ojek karena penampilannya yang tidak terlihat seperti ustadz pada umumnya. Penampilannya memang bersahaja, tampak sederhana dengan atribut yang digunakan, bukan sebagaimana ustadz pada umumnya yang menggunakan topi putih atau atribut lainnya yang mencerminkan.
Hal tersebut yang membuat tak jarang orang di luar desa Aikperapa menganggapnya sebagai tukang ojek. Mari mengenal sosoknya agar semakin salut dan terkesan dengan usaha yang sudah dilakukan demi memajukan pendidikan.
Dari hal-hal yang sudah dilakukannya di daerah asal tentu menjadi salah satu yang mengambil bagian dalam mengembangkan pendidikan Indonesia. Menyukseskan pembangunan masyarakat yang dimulai dari wilayah kecil hingga nantinya sosok-sosok anak didik bisa sukses dan membangun negara menjadi lebih maju.
Sosok Pejuang Pendidikan
Sebagaimana sudah Saya infokan sebelumnya bahwa beliau ini begitu bersahaja namun kiprahnya luar biasa. Namanya adalah Marwan Hakim yang pada saat menerima apresiasi SATU Indonesia ASTRA berusia 35 tahun.
Pria tersebut berasal dari Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dengan dedikasinya yang tinggi dalam memajukan dan sebagai pejuang dunia pendidikan. Kiprahnya tentu patut diperhitungkan karena beri perubahan untuk masyarakat di sekitar.
Beliau menjadi pelopor yang mendirikan SMP dan SMA di Aikperapa. Menjadi penyemangat untuk anak-anak yang putus sekolah dan hanya tamat sampai SD saja. Dengan menyemangati anak-anak tersebut untuk melanjutkan pendidikan berikutnya maka ia pun dirikan SMP dan SMA tersebut.
Sekolah Menengah Pertama di Aikperapa
Usaha yang dilakukan tentu penuh perjuangan dimana hingga bisa mendirikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang baru satu-satunya di Aikperapa. Sekolah tersebut didirikan di rumah Marwan Hakim. Setelah mendirikan SMP, lalu beliau bersama teman-teman mendirikan SMA disana.
Hasil Perjuangan Tak Sia-sia
Kini, hasil perjuangan Marwan dan teman-temannya tidak sia-sia. Sekolah yang didirikannya pada 2004 itu sudah meluluskan 200 orang tamat SMP dan 50 orang tamat SMA. Hal ini menjadi bukti bahwa semangat mengobarkan untuk meraih pendidikan itu berhasil bahkan sampai di Dusun Bornong, desa tertinggi di Kaki Gunung Rinjani.
Pendidikan Tanpa Uang Tunai
Jika selama ini sekolah maupun lembaga belajar di kota selalu mengutamakan dibayar dengan uang tunai. Di sekolah yang didirikan oleh Marwan ini, orang tua tidak dipaksakan harus membayar dengan uang tunai lho.
Nah, jika orang tua tidak mampu membayar dengan uang tunai maka bisa bayar secara in natura yaitu dengan cara biaya administari dibayar dengan tanaman pisang. Hal tersebut tentu lebih memudahkan dimana banyaknya petani di daerah yang bisa terbantu tetap bisa memberikan pendidikan ke anak=anaknya.